Rabu, 25 Desember 2013

Angin Desember


Waktu mengantarkanku pada titik yang tak berujung

 Titik yang luas bak padang rumput hijau yang terbentang

 Aku hanya bagaikan noktah hitam yang bisa saja terlewatkan oleh sapuan

Aku berdiri menikmati belaian angin desember



 Angin yang membawa kenangan itu hadir, masuk ke pori hingga relung jiwa ini

 Kenangan lalu yang lama tak bersemayam di kotak pikirku

 Inginku mengantarmu bersama angin desember

 Mengalun syahdu meniup wajah serta rambutmu, bersama tatapanmu yang indah ketika itu  

Matahari tersipu malu, ia tak ingin sedikit pun merusak kedamaian antara aku dan perempuan terindah yang kusebut ibu

 Tangan kecilku menggenggam erat jemari mu, bibir mungil ini tak sanggup berkata dan tangan ini tak ingin melepas kepergianmu

Angin membawamu, melepas genggamanku, kau pergi bersama angin desember ketika itu.

Aku bagaikan noktah yang ingin tertiup angin berharap aku akan berada disisimu

 Tapi angin enggan membawaku pergi, angin hanya membelai wajahku, menata rambutku dan menyeka butiran-butiran kecil kristal yang menggenang disudut mataku

Matahari seolah ingin menitikkan air mata, ia perlahan pergi dan tak ingin menampakkan wajah sedihnya

Angin semakin berhembus, seolah berharap agar aku tak hanya disini berteman sepi

Angin, bersamamu kutitipkan harapan dan cintaku untuk ibu.







1 komentar:

Silahkan jika anda yang ingin komentar, namun tolong gunakan bahasa yang sopan. Atau di kosongkan bila anda tidak ingin menampilkan pesan komentar.