Jumat, 27 Desember 2013

Belajar Positif dari Jepang


Tahukah anda dengan negara matahari terbit? Bagaimana dengan bunga sakura? Film anime samurai-x? Hemm, Semua itu adalah julukan yang ditujukan kepada Jepang.

 


Seperti yang kita ketahui, pada akhir Perang Dunia II, perekonomian Jepang hancur. Kota Hiroshima dan Nagasaki menjadi puing, wilayahnya diduduki tentara asing, dan negara Jepang terpecah-pecah. Seusai perang, Jepang masih diwajibkan membayar pampasan perang kepada negara-negara yang telah dirugikan akibat agresi yang dilakukannya. Namun, kurang dari 40 tahun, Jepang telah bangkit menjadi salah satu negara adidaya dalam industri dan perdagangan.

 

Kebangkitan Jepang dari kehancuran dahsyat akibat Perang Dunia II bukan karena keajaiban, melainkan melalui semangat juang tinggi, disiplin ketat, dan kerja keras yang dilandasi nilai-nilai luhur. Semangat apa saja yang mereka miliki dalam meraih sukses?

 

Setidaknya ada lima nilai atau semangat yang mereka terapkan dalam kehidupan, yakni: semangat bushido, disiplin samurai, budaya keisan, prinsip kai zen, dan prinsip keiretsu-zaibatsu.

Bushido adalah semangat kerja keras yang diwariskan secara turun- menurun. Semangat ini melahirkan proses belajar nan tak kenal lelah. Awalnya semangat ini dipelajari Jepang dari Barat. Tapi kini Baratlah yang terpukau dan harus belajar dari Jepang.

Disiplin samurai awalnya dominasi pejuang atau pahlawan Jepang. Para samurai akan melakukan harakiri (bunuh diri) dengan menusukkan pedang ke perut jika kalah bertarung. Hal ini memperlihatkan usaha mereka untuk menebus harga diri yang hilang akibat kalah perang. Kini semangat samurai masih tertanam kuat dalam sanubari bangsa Jepang, namun digunakan untuk membangun ekonomi, menjaga harga diri, dan kehormatan bangsa secara teguh. Semangat ini telah menciptakan bangsa Jepang menjadi bangsa yang tak mudah menyerah karena sumber daya alamnya yang minim juga tak menyerah pada berbagai bencana alam, terutama gempa dan tsunami.

Budaya keisan menuntut kerajinan, kesungguhan, minat dan keyakinan, hingga akhirnya timbul kemauan untuk selalu belajar dari orang lain. Satu hal lagi yang menjadi kunci keberhasilan bangsa Jepang adalah keinginan mereka yang tinggi untuk memperbaiki diri dan mencapai keinginan. Untuk mencapainya mereka menerapkan konsep budaya keisan, yaitu perubahan secara berkesinambungan dalam budaya kerja. Caranya harus selalu kreatif, inovatif, dan produktif.


Prinsip kai zen mendorong bangsa Jepang memiliki komitmen tinggi pada pekerjaan. Setiap pekerjaan perlu dilaksanakan dan diselesaikan sesuai jadwal agar tidak menimbulkan pemborosan. Jika tak mengikuti jadwal, maka penyelesaian pekerjaan akan lambat dan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, perusahaan di Jepang menerapkan peraturan “tepat waktu”. Inilah inti prinsip kai zen: optimal biaya dan waktu dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.

Prinsip keiretsu dan zaibatsu Secara terminologi, keiretsu adalah gabungan perusahaan yang dimiliki keluarga yang sama. Usaha ini diwariskan turun-temurun, seperti yang sekarang ada yakni Mitsubishi, Mitsui, dan Sumitomo. Mitsubishi yang berdiri sejak 1870 pada awalnya perusahaan perkapalan, kemudian memasuki bidang pertambangan dan otomotif. Melalui anak-anak perusahaan dan juga rekan perusahaan, mereka membentuk satu serikat yang disebut zaibatsu. Sistem ini melambangkan bahwa persatuan akan menghasilkan kebersamaan dan kebersamaan melahirkan kekuatan.



Nilai-nilai di atas sangat dipegang teguh oleh bangsa Jepang. Kejujuran mereka juga luar biasa. Nah, kita yang tinggal di negeri dengan sumber daya alam yang jauh lebih banyak dibanding Jepang, sudikah kita belajar hal-hal positif dari mereka?



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan jika anda yang ingin komentar, namun tolong gunakan bahasa yang sopan. Atau di kosongkan bila anda tidak ingin menampilkan pesan komentar.